Pikiran
Langit
buram, pucat namun tidak pekat, awan berarak lambat, mentari tak terlihat
ditutupi oleh kabut yang menggelayut diantara ruang bumantara. Lelaki itu
Nampak sedikit gelisah, gurat wajahnya menandakan sesuatu dalam hidupnya yang
membuatnya resah, entah dia harus berbuat apa, dan seperti biasa disaat-saat
seperti ini, lelaki itu mengeluarkan buku catatan kecilnya.
Disaat kita
merasa bosan, masing-masing dari kita akan mencari cara untuk menghilangkannya,
dari sekian banyaknya cara salah satunya yaitu menyalurkan waktu kita untuk
mengerjakan hobi kita, aku menyalurkannya lewat membaca, sedikit memang yang
sepemikiran denganku. Tapi, meski begitu itu akan menjadi kelebihan tersendiri
yang tak dimiliki oleh mayoritas.
“Pikirang
bukanlah sebuah wadah kosong yang harus diisi, melainkan sepercik api yang
harus dinyalakan.”
Setelah
berpikir cukup panjang, aku baru mengerti. Ternyata setiap orang memiliki modal
untuk meningkatkan kualitas kecerdasan emosional dan spiritualnya. Karena kita
semua terlahir dengan ESQ. Tapi, hanya segelintir orang yang menyadarinya.
Sedikit orang yang memaksimalkan ESQnya bahkan ada yang tidak menggunakannya
sama sekali.
Sumbu
pikirang kita adalh sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah SWT yang berjumlah 99,
terkadang kita mendengar bisikan lirih yang menelisik melalui sanubari, itulah
yang disebut dengan suara hati. Bisikan sanubari.
Tapi,
seperti yang baru kukatakan tadi, sedikit orang yang menyadari bahkan
menjadikannya angin yang melintas begitu saja di pikiran.
Yang kita
perlukan adalah menyalakannya sehingga menerangi lubuk hati, menjadi jalan
terang yang menuntun kita menuju jutaan kebaikan.
Karena
ketenangan jiwa ada pada kebaikan-kebaikan sederhana yang kita berikan kepada
mereka. Orang-orang sekitar.
Senin, 7
September 2021
Jangan
Bosan
Kita tidak
perlu berubah, cukup menjadi diri kita yang sekarang. Lelaki itu mulai menulis,
angin perlahan menggoyangkan kerah bajunya. Dirinya termenung sesaat.
Banyak
kebaikan yang bis akita lakukan, seperti bersedekah, berbagi kisah, mengobati resah-gundah
dan gelisah yang dirasakan oleh orang lain. Tapi, ada satu kebaikan yang sulit
dikerjakan, yaitu kebaikan hati.
Bersyukur
atas semua masalah, bersyukur atas limpahan berkah, mema’afkan sebelum orang
lain meminta ma’af, meski sejatinya kita tidak salah, melunasi hutang orang
yang berhutang kepada kita. Mencoba untuk belajar mengikhlaskan, mengenalkan
hati dengan kebaikan.
Meskipun
hanya sebatas, mengutus senyum dengan tulus.
Kita tidak
pernah menyadari, satu kebaikan kecil dapat berdampak besar bagi orang lain.
Jadi,
jangan sampai pernah meremehkan yang namanya kebaikan.
Semoga kita
sadar, kita semua belum menjadi orang baik. Tapi, kita sama-sama melangkah dan
belajar agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik.
Jangan
pernah bosan jadi orang baik.
Selasa, 8
Agustus 2021
Waktu
Hari
berganti pagi, angin mendesau perlahan, ditengah-tengah hening sepi. Lelaki itu
berjalan, melangkah, menapak meninggalkan jejak diatas tanah basah. Sesekali
lelaki itu melihat ke arah arloji, memastikan semua berjalan beriringan dengan
waktu.
Ah, waktu…
Yang
menjadi saksi bisu akan sebuah kenangan lama yang terkubur dalam-dalam. Jejak
waktu yang membeks dalam memori ingatan.
Tak lama
lagi, semuanya akan pudar oleh kenangan, yang menghadirkan perasaan tentram, nyaman
Kamis, 10
September 2021
Segudang
Masalah
Pagi
melangkah pergi, berganti terik yang membakar sanubari, awan berlari
meninggalkan ruang hampa pada sang bumantara.
Tatkala
kaki ini melangkah menuju kelas, tak sengaja dirinya melihat seseorang ditarik oleh
pria berdasi, wajahnya nampak polos, pikirannya kosong. Lelaki berdasi itu
menarik kerah bajunya dengan kasar tanpa perasaan. Seolah meluapkan kebencian
utuh kepada dirinya seorang.
Tapi kenapa
?
Lelaki itu
bergegas, melangkah masuk ke dalam kelas. Sejuta pertanyaan berkecamuk maruk dalam
benaknya. Dia adalah orang yang dikenalnya.
Lelaki itu
mengeluarkan buku catatannya, meluapkan seluruh isi yang ambyar dikepala.
Kepada bisik sanubari yang mendesau lirih.
Adakalanya,
ketika hari kita dihiasi oleh serangkaian masalah yang tidak ada akhirnya,
seperti cahaya yang merambat bebas tanpa batas.
Kita seolah
terjebak dalam ruang waktu yang menyiksa ditengah altar masa. Tapi, yang harus
kita ketahui setiap aliran air yang mengalir pasti bermuara diranah yang sama,
Semua
pasti, ada sebabnya.
Yang kita
harus pahami,
Apa yang
telah kita lakukan, manusia memang naif, mencari-cari kesalahan tapi melupakan
cela dan noda yang membekas pada pakaian mereka.
Coba
bisikan, lirihkan, tanyakan pada hati kecilmu.
Rabu, 9
September 2021