Langkah Awal
Setiap
manusia dilahirkan di titik yang sama, fase dimana kita belum mengerti apa-apa,
takt ahu apa-apa, dan tak bisa apa-apa, karena kita masih belum belajar, masih
belum banyak mencari, masih belum mengerti apa arti dari kehidupan yang kita
jalani saat ini, kita semua berada dititik yang sama kala itu, yaitu titik nol.
Lalu, kita mulai belajar perlahan, tahap demi tahap, fase demi fase, sedikit
namun pasti, hingga kita sampai di titik terjauh nanti.
Langkah
awal, orang pernah berkata bahwa seribu langkah kedepan dimulai dari langkah
pertama, tanpa kita melangkah lebih awal, maka kita tak bisa mencapai tujuan
dan harapan kita dimasa depan.
Percayalah,
semua langkahmu akan terbalas, keringat yang menetes dalam setiap hentakan
kakimu tak sia-sia adanya, semuanya akan memberikan jawaban suatu hari nanti,
tatkala waktu telah mempersilahkan takdir untuk memberikan hasil dari segala
perjuangan yang kita lakukan.
Tenanglah,
tetaplah melangkah, pasti jejak akan meninggalkan cerita tentang segala perjuangan
kita. Hingga orang-orang bisa mengikuti jejak-jejak kebaikan kita, sekecil
apapun itu yang sengaja maupun tak disengaja.
Karena
kehidupan adalah tentang bagaimana cara kita memberikan arti lewat jejak yang
menapak diatas bumi yang kita pijak.
Jum’at, 16
Oktober 2021
Sekilas
Lelaki itu
duduk didalam kelas, memandangi orang-orang yang lalu lalng di luar jendela.
Langit sedang cerah, hatinya juga cerah, karena hari ini merupakan hari setelah
pertemuannya dengan sanubari kemarin malam.
Lelaki it
uterus memandangi orang-orang diluar, dirinya berharap energi positifnya dapat
ia sebarkan kepada mereka. Beberapa saat, seorang lelaki melintas sekilas,
wajahnya muram, tatapannya lesu, kelopak matanya berair, mereka sempat bertatap
namun, hanya sekejap dan itu justru memadamkan api positif yang ada dalam jiwa
lelaki itu.
Seketika
semuanya menjadi buram, suram, dan kelam
Karena
Ekspektasi itu Buta
Sekian lama
kita terjebak dalam ekspektasi, alih-alih mengagumkan, ternyata justru
menyimpan seribu pesan, kita hanya bisa menilai seseorang dari balik kacamata
telanjang saja. Karena kita tak bisa mengintip isi hati seseorang. Alih-alih
memotivasi, tapi justru malah menyulut emosi. Karena motivasi sejati itu
datangnya dari diri sendiri.
Kita
orang-orang biasa yang masih terjebak dalam ekspektasi buta.
Tetap
Tenang
Suara
bagian penerangan memenuhi ruangan, diatas sejadah hitam lelaki itu membuka
buku catatan biru tuanya. Cahaya lampu memantul dari balik lensa yang
dikenakannya, kedup, surut, kemudian lenyap tertutup bayang lembayung senja
semesta. Lelaki itu menarik napas kemudian menghembuskannya perlahan.
Adakalanya
kita harus bersikap tak peduli pada sekitar, tatkala orang-orang disekitar kita
gaduh, kita menjaga dengan sepenuh tenaga agar hati kita tetap tenang, tidak
terbawa hanyut oleh keadaan yang menggelayut, semrawut nan kusut.
Tetap
tenang, dengarkan bisikan sanubari yang menelisik diantara hening, resapi,
pahami semoga kamu mendapat ketenangan.
Sabtu, 5
Agustus 2021
Tidak
Sendiri
Dibawah
pendar sinar lampu pijar, ditemani kesunyian yang mengantarkan kerinduan
pulang. Lelaki itu duduk menyendiri, memandang ke arah sekitar, tak ada
siapa-siapa, dia mengeluarkan buku catatan biru tuanya, kemudian perlahan jari
jemarinya menari diatas lembar demi lembar, merangkai kata, lelaki itu mulai
menulis.
Benak
lelaki itu penuh oleh orang-orang yang dijumpainya hari ini, terlalu banyak
berbicara memang melelahkan hati, menguras tenaga dan melupakan diri sendiri.
Sering terjadi, akibat pembicaraan kita yang tidak terarah, rangkaian kata bisa
menusuk, mengoyak bahkan menyayat sanubari.
Lelaki itu
terdiam beberapa saat, menarik napas dalam-dalam. Kemudian melanjutkan kembali
tulisannya.
Kita
terlalu menganggap diri ini paling baik, sehingga lupa dengan pepatah lama,
bahwa diatas langit masih ada langit, tetaplah membumi, merasa diri ini rendah
namun selalu ingat jangan sampai rendah diri.
Kosongkan
hati, dari setiap perasaan iri, dengki. Jernihkan dengan selalu mengingat mati.
Tenanglah,
kita hanya perlu melangkah, damai dan tak perlu tergesa-gesa, karena hanya
pikiran rumit yang menguliti kulit hingga hidup terasa perih untuk dijalani.
Kamu tak
sendiri.
Ahad, 6
Agustus 2021